Islam adalah agama Allah Swt. yang diwahyukan kepada Rasullulah Saw, tepatnya pada abad ketujuh Masehi.
Saat itu, Allah Swt mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan agama Islam kepada Rasulullah Saw di Gua Hira'. Kemudian, Rasulullah Saw mendapatkan amanat untuk menyebarluaskannya.
Friends, agama Islam memang baru ada di masa Rasulullah Saw. Tapi, sebelumnya, para nabi lain sudah mendapatkan risalah dari Allah Swt, berupa seruan untuk menyembah Allah Swt. serta meninggalkan semua kemaksiatan.
Kemudian, Rasulullah Saw. didaulatkan untuk meneruskan risalah Allah Swt. itu, dengan menetapkannya sebagai agama yang diberi nama Islam.
Di situlah, kemudian secara bertahap al-Qur'an turun sebagai pedoman hidup umat Islam, dan hadist Rasulullah Saw. menjadi pelengkapnya.
Kemudian, seiring berjalannya waktu, agama Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Perkembangan kuantitas ditandai dengan semakin banyaknya umat muslim.
Sedangkan, perkembangan kualitas ditandai dengan munculnya aturan-aturan, hukum-hukum fiqh, serta pengetahuan-pengetauan umum.
Begitulah Islam berkembang dengan sangat dinamis.
Hebat, ya!
Ajaibnya lagi, kemurnian al-Qur'an masih terjaga sampai sekarang. Sejak zaman Rasulullah Saw. sampai zaman semodern ini, isi al-Qur'an nggak berubah sedikit pun.
Bahasa al-Qur'an juga satu, yakni bahasa Arab. Seluruh umat Islam di dunia, nggak peduli yang dari China, Inggris, India, Indonesia, atau negara mana pun, semua melantunkan al-Qur'an dengan bahasa Arab.
Nggak perlu repot-repot pakai terjemahan sesuai negara. Nggak perlu repot-repot pakai versi ini versi itu.
Al-Qur'an ya al-Qur'an. Isinya ya seperti itu, dan selamanya akan seperti itu.
Islam merupakan agama yang sangat konsisten. So, bersyukurlah menjadi muslim.
Menjadi muslim berarti menjadi manusia yang senantiasa dituntun, diajari, dan dilindungi dari kejahilihan serta kemaksiatan.
Tapi, banyak orang Islam yang kasar, jadi koruptor, melakukan tindakan asusila, atau kriminal. Berarti, Islam nggak jamin melindungi penganutnya dari keburukan?
Eiitss, tunggu dulu!
Jangan main asal menyimpulkan sendiri. Ini dia yang patut kita garis bawahi, Friends.
Orang Islam yang punua error attitude semacam itu, berarti nggak sungguh-sungguh menjalankan tugas keislamannya.
Emang sih dia muslim, tapi kalau segala tindakannya bertentangan dengan aturan Islam, apa mungkin hidupnya damai dan tenteram?
Shalat aja nggak, ngaji apalagi.
Puasa? Boro-boro!
Berdoa? Nggak ada waktu!
Shalat malam? Aduh, mimpi kali yee!
Itu masih ranah ubudiyyah, Friends.
Ranah muamalahnya?
Silaturahmi aja, nggak. Ngomong sopan, nggak. Nutup aurat, juga nggak.
Nah, kalau semuanya nggak gimana bisa disebut taat pada islam?
Menurut Syyid Sabiq, inti ajaran Islam itu ada dua, yakni keimanannya (akidah) dan perbuatan (syariat). Keduanya harus saling terhubung dan melengkapi.
Dengan kata lain, Islam itu nggak sepele, Friends.
Islam punya banyak komponen. Dan, semua komponen itu harus kita perhatikan dan kerjakan dengan baik.
Semua yang terlibat dengan kehidupan kita telah diatur sedemikian indah dan tepat oleh Islam agar berjalan harmonis.
Allah Swt. berfirman:
"Dan, sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu. Mereka mengatakan, 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.' Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya."
Mulai sekarang, yuk kita sering-sering intropeksi diri, benarkah kita sudah menjalankan Islam dengan sebaik-baiknya dan sebenarnya?
Jadi muslim atau muslimah nggak boleh seperempat, setengah, atau tiga perempat doang.
Kudu kaffah alias seratus persen total.
Apalagi kalau sudah mencangkup persoalan akidah. Nggak bisa plinplan dan seenak pusar menjalankannya.
Semua ada aturan dan pedoman bakunya.
Sedangkan, dalam urusan syariat, ada batasan dan hukum yang berlaku di sana.
Kalaupun konteks zamannya nggak sama seperti zaman Rasulullah Saw, namun nilainya tetap harus sama.
Kalaupun ada toleransi, tentu nggak boleh menyimpang dari nilai dasar Islam.
Kita nggak bisa bikin aturan sendiri, pembenaran sendiri, atau bahkan hukum sendiri.
Toh, seluruh ajaran Islam itu baik dan nggak membebani penganutnya di luar batas kemampuan.
Ajaran Islam beefungsi menuntun kita agar tidak tersesat menuju kegelapan.
Allah Swt. sudah memfasilitasi kita dengan sangat lengkap. Dia berfirman:
"Dan, Kami telah turunkan kepadamu al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya), dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka, putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka, berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu."
(QS. al-Maa'idah[5]:48).
So, gunakanlah Islam sebagai kendaraan kita menuju kesempurnaan hidup dan mati kita.
Posting Komentar
Posting Komentar